Tittle : Unexpected Feeling
Cast:
- Han Seul Mi
- Marcus Cho
- Other Cast, -find it by your self-
Genre: Little Romance, AU, Aneh gak ketulungan -..-
RATED : T+ -- M (idk, somewhere between them)
Length : Unknown
Author : MyWinterCho (My Sister)
***
WARNING!
WARNING!
CAST OOC!
ALUR GAJE!
FF PERTAMA TENTANG DETEKTIF, FBI, POLITIK,
DE EL EL.
DIJAMIN ANEH!
INI RATED NYA T+ sampe M.
JADI TOLONG, KALIAN KALIAN YANG MERASA MASIH OENYOEH HARUS HATI HATI, AKAN BANYAK ADEGAN NISTAH DISINI ¬ ◡ ¬
Gue serius.
Curhat religi lewat:
After reading this, I fangirled a little…
or a lot.
Happy Reading ^^ Hope You Like It.. Leave Comment!
***
***
***
“Ini FBI! Angkat tangan kalian!
Jangan bergerak!” terlihat beberapa anggota FBI mendobrak sebuah pintu
apartemen. Beberapa pria dalam ruangan itu terlihat panik sembari mengangkat
tangannya ke atas.
Tak lama kemudian, seorang pria
tampan dengan tinggi kurang lebih 180 cm masuk dengan langkah santainya ke
dalam ruangan tersebut, “Surprise.”
“Kami sudah memeriksa seluruh
ruangan ini, dan tampaknya ruangan ini bersih, Inspektur Cho!” lapor salah satu
ketua anggota FBI tersebut, “Dan itu berarti ada teori mu yang salah.”
Lanjutnya.
“Jadi kau pikir ruangan ini bersih,
Shin?” ucap pria yang dipanggil dengan sebutan 'Inspektur Cho' itu dengan santai.
“Tentu saja. kami menggeledah
ruangan ini bersama dengan seekor anjing pelacak, dan kau tahu hasilnya..
bersih.” Marcus mendecih.
“Ahh~ apa ini? apa ini barbeque?” Inspektur
Cho melihat ke atas meja. Disana terdapat mangkuk kecil yang berisi daging
mentah.
“yah, kurasa aku salah.” Ucapnya.
“Atau…” pria itu mengarahkan tangannya ke bawah meja dan mengambil sesuatu yang
menempel dibaliknya, Sebungkus narkotika. “….Mungkin tidak.” Inspektur Cho
melempar bungkusan itu ke Ketua Shin.
“Bagaimana bisa?” ketua Shin
membolak-balik bungkusan tersebut, tampak heran. Bagaimana bisa ia sudah
membawa anjing pelajak dan anggota-anggotanya untuk mencari, tetapi tak kunjung
menemukan bungkusan sialan ini yang jelas-jelas terletak di bawah meja
dihadapannya?
“Kurasa dagingnya menutupi indra
penciuman anjing-mu. Hal itu bisa membodohi anjingmu, tetapi tak bisa
membodohiku, Shin.” Jelas Inspektur Cho.
“Dan sayangnya, bukan narkotika itu
yang kucari. Jadi… apa ada senjata di ruangan ini?” lanjutnya menanyakannya
pada kedua tersangka dalam ruangan itu.
“Aku tidak tau menahu tentang
senjata.” Jawab salah satu tersangka berambut coklat dengan santai.
“Oke, Kalian menyukai rumah ini
karena kalian melakukan hal-hal yang dilarang, kau tahu hal yang dilarang
bukan?” Tanya Inspektur Cho sembari meraba-raba bagian perapian.
“Ya, seperti menjual barang untuk
mencari uang?” ucap salah satu tersangka yang berkepala botak/?
“Benarkah?” Tanya Inspektur Cho
dengan nada (sok) misterius.
“Benarkah?” Ketua Shin mengikuti
nada bicara Inspektur Cho dengan nada mengejek.
“Ck! Kalian tahu.. rumah ini
memiliki celah-celah yang kecil dimana mereka bisa menyembunyikannya…”
Inspektur Cho bersandar pada dinding sebelah perapian dan menekan tonjolan kayu
kecil di dekat bagian itu.
CLEK.
“…Seperti yang satu ini.” lanjutnya.
“A-apa?!” Ketua Shin melihat kearah
Inspektur Cho dengan kaget. Sebuah ruang kecil terbuka di atas perapian dan
dipenuhi dengan senjata-senjata api yang berbahaya.
“Ada sesuatu di belakang ku? Nah,
itu dia.” Inspektur Cho mengangkat sebelah ujung bibirnya, membentuk sebuah
seringaian.
“Brengsek.” kata salah seorang tersangka.
“sekarang kau bisa menangkap mereka,
Shin.”
***
federal bureau of investigation New York.
Tok Tok Tok. . .
“Masuk.”
Pria bernama Marcus Cho masuk
kedalam ruangan itu.
“Oh, Inspektur Cho! Silahkan duduk.” Pinta Park jung Soo, seorang pria yang di promosikan dari kantor pusat FBI di Korea ke kantor pusat FBI di New York, Amerika, dengan penempatan pangkat yang akan ditetapkan. Yah, dia adalah atasan Marcus Cho.
Marcus Cho duduk dikursi dihadapan
meja kerja pria itu dengan tatapannya yang dingin.
Seketika ruangan itu menjadi hening.
“Ah, Apa maumu?” Tanya Jung Soo
memecah keheningan.
“Hanya memberitahumu bahwa aku telah
mengamati para agent, yah kau tahu.. mengawasi mereka.”
“Dengar Marcus, aku tidak tahu
apakah kau orang yang tepat untuk posisimu saat ini.”
“Apa?!”
“Ikuti aku.” Ucap Jung Soo sambil
melihat jam yang melingkar di tangannya lalu berjalan keluar ruangannya.
“Hey! Aku sudah menangani banyak
kasus lebih dari pada para agent di sini. Apa aku belum layak, huh?!” Marcus
berdiri dari duduknya dan mengikuti Jung Soo keluar ruangan.
“Kau agent yang bertalenta. Banyak
agent lainnya yang bertalenta.”
“Tapi tak ada seorangpun dari mereka
yang memecahkan kasus The Red Killer!” pinta Marcus kesal.
The Red Killer, kasus yang cukup terkenal di masa itu. pembunuhan berantai yang
sadis dan juga pelaku tersebut selalu meninggalkan petunjuk yang berkaitan
dengan warna merah.
“Marcus, sudah tidak menjadi rahasia
lagi bahwa tak satupun dari orang-orang disini yang menyukaimu.”
“A-apa?”
“sudah tak terhitung aku mendapatkan
keluhan tentang sikap sombongmu, mulut kasarmu, dan suka bersaing.” Ucap
Jungsoo.
Ya, namja bernama Marcus Cho ini
memiliki mulut setajam pisau yang membuat orang-orang ingin merobek bibir pria
ini. Yah, jika saja ia tidak mempunyai ketampanan yang ‘tidak manusiawi’, dan
mahir berkarate, sudah dipastikan mulut pria ini akan mengeluarkan darah dengan pukulan
keras dari orang-orang yang membencinya.
“Damn! Itu masalah mereka!”
Marcus mengikuti Jung Soo memasuki ruang rapat. Ruang rapat tersebut masih
kosong karena memang rapat baru akan dimulai 3 jam lagi. Jung Soo menutup semua
jendela dalam ruangan itu dengan remote controle-nya.
“sudahlah. Kita punya situasi baru
di Springfield, tepatnya di Chicago.” Jungsoo mulai duduk di salah satu kursi
diruangan itu, termasuk Marcus.
“Hmm..”
“FBI melakukan penyelidikan pada
seorang pria, Casey Kim. Kami tak tahu bagaimana wajahnya, dari mana dia
berasal, Tidak ada petunjuk apapun.”
“Lalu?”
Jung Soo melemparkan selembar foto
pada pria itu, “Kami percaya bahwa orang ini melakukan kerjasama dengan Casey.”
“Bryan Trevor, penjahat kotor,
pembunuh, penyiksa.” Marcus memperhatikan foto
itu secara saksama.
“Dan ini contoh perbuatannya.” Jung
Soo kembali melemparkan beberapa lembar foto padanya.
“Masalah yang kita dapatkan, semua
orang takut untuk berbicara.” Marcus masih melihat seksama pada foto-foto korban
yang sadis tersebut.
“Kemasi barang-barangmu, akan ku
kirim kau ke Chicago. Kau punya banyak talenta. Kau tahu bagaimana merasuki pikiran seseorang. Jika
kau melakukan tugas ini dengan baik, kita akan bahas tentang pekerjaan dan
posisimu.”
***
federal bureau of investigation Chicago.
“Vincent Lee?” seorang pria berambut
pirang dengan wajah yang bisa dikatakan ‘cute’ menoleh, merasa terpanggil.
“Ya?”
“Aku Agent FBI, Marcus Cho dari New
York.” Ucap Marcus sembari mengulurkan tangan.
“Hi. Apa kabar?” Vincent
berdiri dari meja kerjanya kemudian menjabat tangan Marcus.
“Aku butuh semua file-mu mengenai
penjualan narkoba diseluruh wilayah.”
“Baiklah. Kami sudah tau kau akan
datang.” Ucap Vincent sambil memberikan setumpuk kecil map. Marcus mengambil
map tersebut.
“Aku akan tunjukkan mejamu.”
“Tidak perlu.” Ucap Marcus dingin.
Vincent terperangah, “Ah~ maksudku tidak usah. aku tidak akan lama.” Ucap
Marcus sambil tersenyum.
“Okay.”
“Aku bawa ini, Thanks.”
“Wait. aku baru mendapat
berita bahwa pengedar narkoba kecil-kecilan dibawa dari kawasan Washington
D.C.” Vincent membuka laci mejanya, mengambil sebuah map dan memberikannya pada
Marcus.
“Okay.”
“Namanya Jordan Kim.” Marcus membuka
map tersebut sesaat dan kemudian kembali menutupnya.
“Thank You.”
***
Marcus segera memarkirkan mobil
Hyundai hitam-nya di depan gedung kepolisian pusat. Pria itu segera turun dari
mobilnya dan berjalan menuju gerbang.
“Hey! Mundurkan mobilmu! Hey! Itu
tempat ku!” terdengar suara teriakan seorang gadis dengan suara nyaring dari
dalam mobil yang baru saja melewati mobilnya. Marcus menoleh sesaat dan
kemudian kembali berjalan.
“HEY BRENGSEK!!” Marcus terus mengacuhkan
teriakan gadis itu dan segera masuk ke dalam gedung tersebut.
“Sialan.” umpat sgadis itu.
***
Marcus memasuki ruang kerja anggota
kepolisian. Disana terlihat seseorang yang berdiri di ujung ruangan.
“Spencer Lee?” Marcus mendatangi
pria itu.
“Ya. Ada yang bisa ku bantu?”
“Agent Khusus Marcus Cho. Aku ingin
meng-introgasi seorang penjual narkoba yang baru saja masuk bernama Jordan
Kim.” Ucap pria itu sambil memperlihatkan kartu agentnya.
“Ya, tapi Detective Seul Mi belum
kembali dari jam makan siangnya.”
“Aku yakin dia takkan keberatan.”
Ucap Marcus.
“Tapi dia gadis yang.. gadis yang
tidak mengijinkan siapapun ada yang mendekati tawanannya.”
“Biar kukatakan apa yang kupikirkan,
semakin lama kita berdiri disini sama saja mengganggu investigasi FBI. Jadi,
jika kau mau berbaik hati, bawakan tuan
Jordan ke ruang investigasi se-ka-rang.” Jelas Marcus tegas.
“A-ah, ya baiklah lewat sini.”
***
“Kau….. menjual narkoba?”
“Ya, aku punya ganja dan sedikit
kokain. Apa itu melanggar?” Jordan bertanya pada Marcus dengan santai.
“Yah, kau kena 25 tahun penjara dan
denda.” Jawab Marcus tak kalah santai.
“Penjara kurasa tak apa.. tapi,
Denda? Hey! Siapa yang peduli dengan denda?!”
“Tidak usah pedulikan itu. sekarang
lihat ini, apa kau yang melakukan ini?” Marcus memberikan lembaran-lambaran
foto berisi korban pembunuhan Bryan Trevor. Jordan diam tak berkutik sambil
melihat korban yang hanya bersisa potongan tubuh dalam foto itu.
“Pada siapa kau bekerja?” Tanya
Marcus dengan nada serius.
“Nobody.”
“Pada siapa kau bekerja?”
“Nobody.”
“Pada siapa kau bekerja?”
“NOBODY! IF I TELL YOU THAT,
MY ASS CHOPPED UP INTO A MILLION MOTHERFUCKING PIECES!” bentak Jordan
kesal. Marcus menggertakkan giginya.
“HEY IDIOT! I DON’T HAVE TIME TO DO THIS
BULLSHIT! AND I DON’T CARE IF YOUR ASS CHOPPED UP INTO A MILLION PIECES! JUST
ANSWER THIS AND YOU’RE SAVE, JERK!!” Marcus balas berteriak kesal pada
Jordan.
“Kau bisa melindungiku untuk hal
ini?” Jordan menatap Marcus serius.
“Tentu saja bodoh. Tapi itu jika kau
mau membantuku untuk hal ini.”
“Aku bisa membantumu.”
“Kalau begitu katakan dimana aku
bisa menemukan Bryan Trevor?”
“Aku
tak berurusan dengannya. Aku mendapatkan barang dari wanita bernama Tatiana
yang tinggal di apartemen Alvina di Newark.”
“bagaimana ciri-ciri wanita itu?”
“Dia punya mata berwarna coklat.”
“Okay.”
“Dia punya pantat dan dada yang
besar.” /astaga -,-
“Apa?” Marcus melongo. Apa pria
dihadapannya ini tidak mengerti tentang ‘ciri-ciri’?
“Dada yang besar.”
“Tidak. Bisa yang lebih.. spesifik?”
“Uh, seperti…” pria itu mulai
menggerakkan tangannya menyerupai bentuk bulatan besar.
“Tsk!” Desis Marcus. Pria ini
benar-benar tidak mengerti. “Baiklah, terima kasih.” Ucap Marcus dengan
facepalm-nya.
***
Seorang gadis berjalan dengan kesal
masuk ke dalam gedung kepolisian pusat.
“Pria sialan itu mengambil tempat
parkirku, fuck!” gerutunya.
Gadis itu masuk ke dalam kantor
tersebut dan masuk ke ruangan yang berisi tempat tahanan yang baru saja ia
masukkan tadi.
“kenapa penjaranya kosong?” Gadis
itu bertanya kepada petugas pengawas yang tengah duduk di meja depan penjara
tersebut.
“Dia di ruang introgasi.”
“Kenapa dia di Introgasi pada saat
aku baru saja datang kesini?!!” Gadis itu bertanya dengan tatapan mematikan.
“Mereka datang dan membawanya.”
“’mereka’ siapa?!”
“Dia seorang pria…”
“pria?!!”
“Ya, dia pria yang baik.”
“I’m fuckin’ nice!” Gadis itu
melototkan matanya pada pengawas tersebut.
“Tidak, bukan—“
“Oke, kenapa dia baik padamu? Kau
tahu, aku juga sangat sangat SANGAT BAIK padamu.” Ucap Seul Mi mempertegas di
kata ‘sangat baik’.
“Karena dia membuatku memberikan
kuncinya.” Seul Mi terperangah.
Hell!
Itu benar-benar alasan yang tidak
logis -_-.
***
“Kurasa semua sudah jelas. Kuhargai
waktumu—“
CKLEK!!
Seorang gadis membuka pintu ruang
introgasi secara kasar dan membuat
Marcus menghentikan kalimatnya dan segera menoleh.
“Wow, Mister, You’re so fuckin’
awesome.”
“W-what?!”
“Siapa kau?! Apa kau pengacara pria
sialan ini?!” Gadis itu menatap Jordan dengan tatapan mematikan.
“Tidak, Aku agent khusus, Marcus
Cho. Apa—“
“Keluar dari sini! ini ruanganku!”
“Kau tahu nona? kau tidak berwenang
terhadap hal ini!”
“Aku seorang Detective dan dia
adalah tahananku!” Gadis itu menunjuk Jordan yang menatapnya dengan tatapan
tajam.
“Ah, aku mengerti. Tapi Nona, Mr.
Jordan akan menjadi tahananku, mulai-saat-ini.”
“Tidak.” Gadis itu berkata tegas
sambil menggelengkan kepalanya.
“Aku tidak mau tahu. Oh ya, jangan
lupa menutup pintu saat kau keluar nanti.” Ucap Marcus.
“Akan kututup pintunya untukmu. Bisa
kau berbaring disini dan menaruh kepalamu ke pintu?” gadis itu menunjuk ke arah
pintu dibelakangnya.
“... Dan aku akan hantamkan ke
kepalamu sekitar 157.000 kali—“
“Oh, sial. Kau lebih baik lari, tuan
Cho.” Ucap Jordan.
“Kau diam.” Bentak Gadis itu pada
Jordan.
“Bangun, dan kita selesaikan
diluar.” Ucap gadis itu pada Marcus.
“Bagaimana jika aku tidak mau
keluar?”
“Kau-Bangun-Dan-Keluar.” gadis itu
semakin menekan kata-kata pada kalimatnya.
“Tidak, aku tidak mau keluar.”
“Baiklah, kita selesaikan didalam.”
“Hey, kau serius?” Marcus berdiri dari duduknya.
“Ya, dan aku akan memukulmu.”
“Kau tahu, aku tidak ingin memukul wanita cengeng sepertimu. Dan yah.. lagipula kau tidak akan
bisa memukulku.” Ucap Marcus dengan tangan dilipat di depan dada.
“Kau…” gadis itu mulai melayangkan kepalan tangannya di hadapan wajah Marcus. Marcus segera menahan kepalan tangan Seul Mi dengan tangannya.
“untuk apa aku menjadi agent special jika aku tidak bisa melawan seorang wanita huh?”
BUGH.
Marcus mendorong gadis itu kedinding dengan cukup keras. Gadis itu mengerang kecil.
“sebenarnya aku tidak ingin menyakiti wanita lemah sepertimu..” Marcus menahan tubuh gadis itu dan perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu.
“… Tapi sayangnya kau—“
BUGH.
Gadis itu menendang dengan kuat kaki Marcus dan membuat pria itu jatuh terduduk. “Kau lupa soal kaki, bastard.” Seul Mi tersenyum meremehkan.
Marcus mendengus kesal. Matanya menatap gadis itu dengan amarah yang meluap.
“Kau..”
“HEI! ADA APA INI?!!!” Spencer yang tiba-tiba saja datang karena mendengar keributan, kaget melihat Marcus terjatuh ke lantai. Spencer melihat sekilas ke arah Jordan yang terlihat mengeluarkan sengirannya, tampak menikmati perkelahian Itu.
“Astaga.. kalian berdua, ke kantorku sekarang!”
***
“Bagaimana jika kau melakukan
sesuatu untukku, sekali saja?” gadis itu menatap Spencer tajam.
“Apa yang kau mau aku lakukan, hah Seul Mi?!” Spencer membalas menatap Seul Mi dengan tatapan tak kalah tajam.
“Aku ingin kau membelaku daripada membelanya.” Seul Mi menjatuhkan Briefcase hitam Marcus dari atas meja Spencer dengan kasar.
“Oh, itu sangat tidak professional, Nona Seul Mi.” ucap Marcus sembil memutarkan kedua bola matanya.
“Oh itu tidak professional? Baiklah, Biar ku perlihatkan padamu apa itu ‘professional’ !” Seul Mi mengambil Briefcase Marcus dari bawah lantai, menggeledah dan mengacak-acak isinya membuat beberapa file terjatuh berserakan.
“Itu sangat tidak dewasa.” Marcus kembali melontarkan komentar pedasnya pada Seul Mi.
“Biar aku rapikan.” Bukannya merapikan, Seul Mi malah mengacak-ngacak map yang sudah terjatuh di lantai dan kemudian beranjak pergi keluar dari ruangan itu.
Marcus segera merapikan map-mapnya dengan kece(?) dan memasukkannya kembali ke dalam Briefcase-nya.
“Tolong jauhkan dia dariku dan itu akan sangat membantu.” Ucap Marcus pada Spencer sambil mencari-cari sesuatu dalam Briefcase-nya.
“Dia mencuri kunci mobil mu, bukan?” Tebak Spencer pada Marcus.
“Gadis sialan.” Umpatnya kecil. “jadi.. dimana aku bisa menemukan Seul Mi?”
“Dia kemungkinan berada di O’barley, bar seberang jalan.”
***
Marcus masuk ke dalam bar kecil
dengan perasaan kesal dan matanya segera menelusuri seluruh bagian bar tersebut.
“Apa ada seseorang yang menjatuhkan kunci mobil?” suara gadis itu. Marcus mengepalkan tangannya kuat. Matanya menatap ke arah gadis yang tengah menyeringai ke arahnya dengan kunci yang dilambai-lambaikan dengan jarinya. Tunggu, itu seperti seringaian evil miliknya. Tapi bedanya, Seul Mi di sebelah kanan, sedangkan Marcus di sebelah kiri.
“Apa yang kau lakukan bodoh?! Mencuri kunciku?!” Marcus berjalan ke arah Seul Mi dan merampas kunci dari tangan Seul Mi dengan kasar.
“Tidak, hanya mengajaknya jalan-jalan.” Ucap Seul Mi sambil tersenyum mengejek.
“Bodoh. Mengapa kau harus menggangguku dalam investigasi penting seperti ini?!”
“Penting? Bullshit.”
“Okay, you want to see some ‘Bull Feces’?” Oh okay, sepertinya telinga Marcus sudah mulai ‘rusak’. Marcus membuka Briefcase-nya dan mengambil sebuah map, membukanya, dan mencari beberapa lembar foto di dalamnya.
“I Think I said Bullshit, is what I said. Idiot.”
“This. Apa ini sudah terlihat seperti Bull Feces, huh?” Marcus memperlihatkan beberapa lembar foto potongan tubuh pada gadis itu. Seul Mi hanya melihatnya sekilas. Sepertinya gadis itu lebih tertarik pada map yang berada di atas meja tepat disebelah tas Marcus, tempat dimana Marcus mengambil foto-foto tersebut. Guess what, Seul Mi malah mengambil map di atas meja dan membukanya.
“Hey, Kau tidak boleh menyentuh map itu.” Marcus merampas cepat map tersebut dari tangan Seul Mi dan memasukkannya ke dalam Briefcase hitamnya.
“Kenapa aku tidak boleh tau? Dan siapa itu Casey Kim?”
“Itu karena FBI menjaga ini sebagai rahasia. dasar bodoh.”
“Hey! Ini terjadi di wilayahku dan aku berhak untuk tahu!”
“sudah kukatakan, kau tidak boleh tau, got it?!” Marcus melangkahkan kakinya pergi menjauhi Seul Mi.
“Okay, Alright. Kau tahu, saat hal buruk terjadi di wilayahku, tentu saja aku mempunyai dorongan untuk mengetahuinya.” Tiba-tiba langkah Marcus terhenti dan seketika berbalik.
“Aku---aku tak seharusnya membaca dokumenmu. Maafkan aku.” Ujar Seul Mi. Marcus kembali melangkah mendekati Seul Mi.
“Yah.. aku terima permintaan maafmu. Kau seharusnya mengerti, ini kasus yang sangat penting. Informasinya sangat sensitive.”
“Ya aku mengerti, aku mengerti, aku—ahh!!” Seul Mi –dengan sengaja- menjatuhkan gelas wine-nya sehingga airnya mengenai Sepatu Marcus.
“Dammit!! Apa kau seceroboh ini huh?!” Marcus meletakkan Briefcase-nya ke atas meja dan mengambil sapu tangan dari saku jas-nya, merunduk dan membersihkan sepatunya.
“O-okay okay. I’m sorry, my bad.” Perlahan Seul Mi menggerakkan tangannya kearah Briefcase Marcus yang terbuka dan mengambil map didalamnya kemudian menyisipkannya ke dalam Shirt-nya. Marcus mulai berdiri dan menatap Seul Mi tajam.
“Hey, kita berdamai kan?” Seul Mi mengulurkan tangannya sambil tersenyum kecil. Marcus menatapnya aneh tetapi sedetik kemudian pria itu membalas uluran tangan Seul Mi dan menjabatnya.
“Ya, baiklah. Kita berdamai.” Marcus segera mengambil Briefcasenya dan melangkah menjauhi Seul Mi dan kemudian keluar dari bar tersebut. Seul Mi menyeringai lebar.
“Ha! Dumbass.”
***
Camp Douglas Prison, Chicago
“Apa kabarmu, Jeremy? Bisakah kita membahas
tentang Casey Kim?” Seul Mi bertanya kepada seorang tawanan yang dipanggilnya
Jeremy itu. Seul Mi datang menemui Jeremy yang berada di penjara berkat ‘map’
yang ia curi dari Marcus. Ugh, gadis ini benar-benar ingin mencampuri kasus
penting huh.
“Aku tidak pernah mendengarnya.” Jeremy menggeleng kecil.
“Don’t-fuckin’-lie to me. Kau saudaraku, aku tahu jika kau berbohong.” Well, Seul Mi sendiri sedikit
kaget setelah melihat isi map yang mengatakan bahwa adiknya berkaitan dengan kasus ini.
“Okay, aku pernah mendengar tentang Casey, tapi aku tak pernah bertemu dengannya.”
“Aku tahu, dia seperti seekor binatang, dan aku akan menjagamu darinya.” Kata Seul Mi.
“Apa kau ingin menyelamatkan Chicago dan menangkap raja narkoba huh?”
“Yeah, Maybe.”
“Dengar, aku akan dibebaskan besok, aku akan pulang, aku akan baik-baik saja, dan aku tidak ingin mencari masalah lagi. Apa kau bisa menjamin bahwa aku akan baik-baik saja?”
***
Alvina Appartement, Newark, Chicago
Marcus memarkirkan
mobilnya di depan Apartemen Alvina di Newark, Chicago. Pria itu
melihat mobil yang terparkir di depannya dengan seorang gadis di dalamnya. Bingo!
Pria itu akhirnya menemukan Han Seul Mi, gadis yang di carinya sejak
kemarin--karena pria itu yakin bahwa Seul Mi mengambil dokumen penting
miliknya.
Marcus segera turun dari mobilnya, menuju mobil Seul Mi dan membuka pintu mobil dengan keras.
“ADA APA?” Seul Mi menoleh dan mengarahkan pistol kearah Marcus. Marcus sedikit terkejut dan menatapnya tajam. “Turunkan pistol itu bodoh.”
“Karena itu! jangan pernah dekati aku jika aku tak mengaharapkanmu!” Ucap Seul Mi dengan suara nyaringnya yang menjengkelkan.
“memangnya kau pikir aku mendekatimu? Cih! Mimpi saja kau!” ucap Kyuhyun ketus.
“Sialan! kau ingin peluru ini menembus dadamu, huh?!”
“Tunggu, sedang apa kau disini?! Bukankah kau bilang kau tidak akan mencampuri kasusku lagi?! Dan sekarang apa ini? aku menemukanmu di depan apartemen Alvina yang artinya kau juga mengurusi kasusku!!”
“Mengurusi kasusmu? Tsk! Aku tinggal disini brengsek.”
“Hey itu tidak lucu. Aku tahu, kau mencuri File rahasia FBI.”
“Oh, lucu. Aku tidak ingat hal itu.” ucap Seul Mi dengan nada mengejek.
“Apa yang kau inginkan? Aku membunuhmu?” Marcus mendekatkan wajahnya pada wajah Seul Mi,
“…. Atau aku membuatmu bertekuk lutut di hadapanku sekarang?” tantang Marcus diiringi smirk khasnya yang mengerikan sekaligus menggoda.
“Hey bodoh, Selalu ada pilihan ketiga diantara dua pilihan. Dan pilihan ketiga itu adalah…,” Seul Mi mendekatkan bibirnya pada telinga Marcus. Sengaja menempelkan bibirnya pada daun telinga Marcus. “Aku yang membunuhmu..”
Tangan Seul Mi bergerak cepat, , ujung pistol
sudah menyentuh kulit kepala Marcus, tapi pergerakan Seul Mi sudah berhasil
Marcus baca sebelumnya. Dia menahan lengan Seul Mi dan mengarahkan pistol
tersebut ke arah lain dengan sangat kasar dan membuat gadis
itu menjerit tertahan.
Krekk
Hey
tunggu, apa tulang lengan Seul Mi patah?
Mendengar bunyi aneh tersebut, Marcus segera
melonggarkan cengkramannya dari lengan Seul Mi dan menatapnya tajam. Gadis itu
terlihat menahan sakit yang sangat luar biasa di lengan kanannya. bahkan
dahinya berkeringat padahal ini di luar ruangan dan pintu mobil terbuka lebar.
“Apa yang sakit?” posisi mereka tidak berubah. “Han Seul Mi, apa yang sakit?” Marcus meninggikan suaranya.
“Ta-tanganku…” Marcus melepaskan cengkramannya dan menarik tangan kanan Seul Mi yang memegang pistol dengan perlahan.
“Apa ini sakit?” Marcus meraba-raba bagian tangan Seul Mi. “Kau tahu, inilah akibatnya jika kau macam-macam denganku.” Ucap Marcus masih mencari bagian yang sakit dari tangan gadis itu.
Seul
Mi terlihat tersenyum—ah tidak. Gadis itu tidak tersenyum, itu seringaian!!
Gadis ini
sangat berbakat dalam berakting, sialan!
“Selamat tinggal, Marcus Cho~” Tubuh Marcus menegang, dalam beberapa detik kemudian terdengar suara tembakan yang keras.
DORRR
~TBC~
Leave comment! RnR ya...! Don’t be a silent
reader... ^^